Refleksi 2.26

Salam, Tim.

Berikut catatan Reflektif saya minggu ini. Semoga bermanfaat.

Hari ini, banyak sekali kawan-kawan di tim C3 yang berakhir masa kontraknya; Pak Robert, Ibu Luluk, Pak Tholchah, Pak Zayyin, Ibu Erni, Pak Ariman, Pak dan Pak Edo. Di bulan ini pula, SNIP pun juga sudah tuntas, ditandai dengan ditutupnya rekening bank, tinggal persiapan acquittal pelaporan dan audit. Sejak 2011 hingga 2016 ini, banyak hal kita jumpai. Banyak cerita. Banyak prestasi. Banyak dinamika. Banyak duka, duka terdalam adalah perginya direktur SNIP, pelatih, mentor, guru madrasah sasaran dan para pihak lain yang dekat dengan kita. Semuanya itu memblender ikatan kita, di C3, di SNIP dan di madrasah, menjadi sebuah penyatuan emosional, seperti keluarga. Keluarga yang besar sekali. Kepada mereka, saya memberikan segala hormat dan ungkapan terima kasih atas kerja dan dedikasinya untuk madrasah dan tim secara keseluruhan, dan mohon salaing memaafkan atas segala khilaf.

Ya, kini saatnya berpisah. Kenapa kita harus berpisah? Karena takdir pekerjaan kami. Secara takdiriah, Kemitraan Pendidikan Australia Indonesia adalah sebuah proyek: sebuah kerja programatik dengan tujuan dan target tertentu, di tempat tertentu, pada waktu tertentu, dengan biaya tertentu, oleh orang atau lembaga tertentu, untuk orang atau lembaga tertentu sebagai penerima manfaatnya. Jadi, C3 dan SNIP secara organisasional sudah ditentukan, sudah ditakdirkan, untuk berakhir. Dan pada saatnya, saya dan tim yang tersisa juga akan undur diri dari pentas ini.

Hanya manfaat Kemitraan Pendidikan (C3) yang diteruskan. Disepakati oleh para pihak di tingkat nasional, ada empat manfaat yang akan disinambungkan: pendekatan program, penguatan sistem di kementerian, lembaga mitra, dan mutu madrasah. Inilah yang kita harapkan untuk terus ada dan berkembang. Ada atau tidak ada Kemitraan Pedidikan, Kementerian Agama – lembaga mitra – madrasah adalah tetaplah ada eksistensinya. Tak ada alasan bila mutu mereka yang tengah meningkat ini mengalami kemunduran. Pentas peningkatan mutu madrasah itu kini milik pada pihak yang ada.

Kalau tidak salah, catatan refleksi kedua atau ketiga dulu, saya yang sempat membahas teori perkembangan sebuah tim, yang diambil dari modul ESI/PME. Dalam modul pelatihan itu satu bahasan tentang fase pembentukan TIM HANDAL: Forming – Storming – Norming – Performing – Adjourning, yang diperkenalkan oleh Bruce Tuckman. Saya tak akan ulas ulang apa yang pernah saya tulis itu. Tapi satu poin saja yang kini lebih kontekstual: Adjourning, sebuah fase terakhir, sebuah fase dimana sebuah tim, disadari atau tidak, akan mengalami pelapukan. Sama seperti tim persiapan akreditasi madrasah di madrasah, ketika akreditasi sudah dilaksanakan oleh BAP, terlebih saat hasil akreditasi dikeluarkan, maka tim akreditasi madrasah pelan-pelan mulai hilang pekerjaannya. Mulai melapuk.

Berbahaya bila tim ini terus melapuk. Berbahaya bila kita tidak move-on. Kenapa? Terbentuknya sebuah tim adalah untuk kerja yang bersifat proyek, bersifat ad hoc. Bila sudah tercapai satu tujuan, makan pekerjaan besar sebenarnya tidak pernah berakhir. Terkadang kita merasa menang dalam sebuah pertempuran dan berpesta secara berlebih untuk merayakannya, namun kita lupa bahwa kita berada dalam sebuah perang yang lebih besar. Madrasah menang dengan akreditasi A, maka tidak seharusnya kita lupa pada perjuangan pada perang yang lebih luas dan berat: peningkatan mutu pendidikan madrasah.

Demikian juga dengan C3 dan SNIP. Kita sudah memenangi banyak pertempuran, tapi jangan lupa kita berada dalam perang yang lebih besar. Dalam pandangan saya pribadi, C3-SNIP adalah sebuah pertempuran besar dalam rentang waktu yang cukup panjang dan menang 94% pada garis A dan B pada akreditasi madrasah dan penguatan system. Namun, bila kita merujuk pada fakta 77 ribu madrasah dan RA, yang dilakukan C3-SNIP hanya satu pertempuran kecil.

Fase yang kita jalani saat ini adalah adourning, pelapukan dan pembubaran, tim bernama C3 dan SNIP. Mari kita sadari, yang bubar adalah SNIP, bukan MDC, bukan Unisba Fakultas Tarbiyah, bukan YBSS, bukan CTLD, dan bukan LP Ma’arif Jawa Tengah. Pada saat yang sama, perang besar masih terus berkobar dan jalan perjuangan masih panjang. Ayo teruskan memanfaatkan diri kita untuk madrasah, untuk anak-anak madrasah, dan untuk bangsa Indonesia yang gemilang.

Tim C3 dan SNIP adalah tim yang hebat, mampu berprestasi dalam kerja yang penuh tekanan, dalam segala medan perjuangan. Super tim adalah jawaban semua prestasi. Kita sudah tahu caranya untuk menang. Ayo!

 

Mari kita sebarkan banyak-banyak manfaat dari kita, untuk kemanusiaan. Dan semoga kita istiqomah tentangnya.