Refleksi 2.28

Salam, tim.

Berikut cacatan reflektif minggu ini. Semoga bermanfaat.

————————

Pernahkah Anda mengalami: kita melihat satu hal yang berungkali, sehingga Anda tidak melihat hal yang baru padanya, dan hal itu menjadi sebuah kelumrahan yang ada di sekitar kita. Kemudian, pada satu titik Anda mengalami perasaan yang begitu mengairahkan pada hal itu. Seperti melihat benda jatuh ke tanah, seolah Anda adalah Isaac Newton yang mendapati apel yang jatuh sebagai peristiwa biasa namun kemudian terjatuhnya apel itu menjadi sebuah kegairahan begitu besar, karena pemantik teori gravitasi. Pernahkah? Saya beberapa kali mengalaminya. Kali ini tentang data capaian akreditasi madrasah sasaran Kemitraan Pendidikan Australia Indonesia.

Data capaianya itu adalah dari 1,500 madrasah sasaran, 96% mendapatkan nilai A dan B, 3,7% mendapat nilai C dan 0,3% belum dikunjungi oleh asesor BAP. Kemudian, dalam 8 Standar Nasional Pendidikan yang diraih, madrasah sasaran menunjukkan performa yang begitu tinggi untuk standar lulusan, standar isi, standar proses dan standar manajemen. Data itu terus dibahas, diolah dan dipastikan bahwa capaian dan prestasi madrasah adalah hasil dan dampak langsung dari kerja besar kawan-kawan Komponen 3, lembaga mitra dan madrasah sasaran Program Kemitraan Pendidikan dan tim di Kementerian Agama. Data itu dilihat dan dibolak balik sampai saya merasa pada titik tidak ada yang baru untuk melihatnya. Data itu menjadi sesuatu yang biasa sebagaimana matahari terbit dan mengolah dan mempresentasikannya menjadi peristiwa rutin sebagaimana kelumrahan apel jatuh ke tanah.

Sampai seseorang memberi tahu bahwa, “tahukah Anda bahwa data Anda itu adalah bukti konkret, sebuah hard evidences dari Indonesia, dari teori yang dibuat sebuah penelitian pada periode tahun 2000an?” ujar Pak Mulyani.

Maha Agung Tuhan dan Segala Puji untukNya! Yess!! Saya berseru dalam hati. Begitu bergairah, dan mata saya berbinar kembali. Saya langsung memahami apa yang dia sampaikan, sebelum dia sendiri mengakhiri komentarnya. Seperti melihat apel jatuh, seperti biasanya, tapi kali ini ditangkap dalam pikiran saya secara berbeda dari biasanya. Mungkin saya lebay, exagerating, berlebihan…tapi sejujurnya, kegairahan itu begitu menghidupkan kembali nyala api untuk melihat data itu lebih jauh lagi, membahasnya lebih dalam lagi, dan dari perspektif yang berbeda.

Teori yang dimaksud adalah “The only way to improve outcomes is to improve instruction”, hasil dari penelitian pada negara-negara yang mencapai performa tertinggi dalam uji Program for International Student Assessment (PISA) yang dilakukan oleh McKenzie Inc. pada 2007. Satu-satunya cara untuk meningkatkan mutu lulusan sekolah dan madrasah tak ada cara lain selain meningkatkan mutu instruksi pembelajaran di ruang-ruang kelas sekolah dan madrasah kita. Bukan input pendidikan seperti infrastruktur sarana dan pra sasarana, tapi proses pembelajaranlah yang harus kita perbaiki. Artinya apa? Tak lain adalah program untuk guru yang prosesional.

Sejenak saya membayangkan guru-guru di lembaga-lembaga yang berada di bawah yayasan yang saya diberi amanah untuk mengelolanya. “Mari, para guru. Tahun ajaran ini adalah tahun Anda semua untuk menjadi hebat. Ayo!” seru hati saya.

Semoga kita dapat menyebarkan banyak manfaat untuk sesama. Dan beristiqomah tentangnya.

(Mokhamad Iksan)