Mentoring : Model yang Perlu dilestarikan

Hampir semua mafhum bahwa dalam program ini, Kemitraan Pendidikan memiliki tiga trisula dalam meningkatkan mutu madrasah: pelatihan, pendampingan/mentoring dan penguatan sistem peningkatan mutu madrasah melalui tuntutan akreditasi. Dalam tulisan ini, saya mencoba berbagi informasi tentang pendampingan. Dalam desain yg ditetapkan C3 untuk Kemitraan ini kata pendampingan muncul dalam SOS dengan SNIP. Dalam dokumen resmi Kementrian Agama, pendampingan disebut dalam Kerangka Kerja Strategis Program Akreditasi Madrasah.

Sebenarnya, apa program pendampingan ini. Pendampingan adalah sebuah program yang didesain untuk membantu madrah dalam menerapkan hasil pelatihannya. Pendamping atau mentor adalah mereka yang idealnya memiliki kompetensi tertentu, yang idealnya berada di atas kepala madrasah, guru, komite dan yayasan. Kenapa harus berada di atasnya itu karena fungsi pendamping atau mentor akan menjadi konsultan dari madrasah dalam menerapkan hasil pelatihan, dan secara umum mereka akan membantu madrasah dalam mempersiapkan proses akreditasi. Fungsi lain dari mentoring dalam program kita ini adalah menjadi jembatan madrasah kepada SNIP dan stakeholder lain dalam program ini. Sehingga, sudah sewajarnya bila mentor ini memiliki kompetensi di atas rata-rata staf madrasah.

Saya tidak bermaksud menempatkan orang-orang yang saat ini berada di madrasah dalam posisi inferior. Bukan dan tidak ada maksud sama sekali ke arah itu. Justru, bisa jadi yang terjadi di madrasah adalah sebaliknya, misalnya kepala madrasah atau yayasan lebih visioner dan berkomepeten dari seorang mentor. Itu bisa terjadi dengan kemungkinan yang sangat besar. Dan justru di sanalah tantangan menjadi mentor: berkompeten dan bersifat melayani, sebagaimana halnya seorang konsultan profesional.

Dalam program dukungan AusAID sebelumnya, pola pelatihan-mentoring/pendampingan juga diterapkan. Dan hasilnya, sungguh semakin menegaskan bahwa pelatihan-mentoring ini adalah hal yang tak terpisahkan. Sederhana saja, siapa yang bisa memastikan bahwa peserta pelatihan (misal saja, pelatihan manajemen perpustakaan) mampu membuat dan menempelkan “lidah buku” pada semua koleksi buku yang dimiliki madrasah? Atau label buku di semua punggu buku di perpustakaan madrasah? Demikian juga tentang pelatihan KTSP, PAIKEM, HIDUP SEHAT dan seterusnya.

Jadi, poinnya bukan saja pada memahami isi pelatihan atau cara membuat sesuatu dari pelatihan itu, tapi lebih pada bagaimana caranya pelatihan yang kita sampaikan itu benar-benar terlaksana secara utuh di madrasah, dan dipraktekkan dalam keseharian operasional madrasah. Itulah salah satu peran penting seorang mentor atau pendamping. Dalam program kita, sudah terbukti bahwa seorang mentor bisa berbuat lebih banyak untuk madrasah. Mentor kita sudah mampu untuk berpartisipasi dalam membangun sistem peningkatan mutu madrasah. Bila melihat konteks Kabupaten Bojonegoro, perannya justru sangat vital. Untuk turut meningkatkan standar mutu bidang sarana dan prasarana, sang mentor itu sangat aktif untuk membantu madrasah untuk mendapatkan akses dan peluang dari APBD kabupaten. Alhamdulillah, bulan Mei 2013 ini insyallah sudah masuk rekening madrasah untuk dibelanjakan sesuai dengan proposal yang mereka ajukan ke pemkab setempat.

Fungsi lain adalah koordinasi dengan madrasah. Adanya mentor yang cukup banyak akan memudahkan SNIP untuk mengatasi kesulitan koordinasi dengan madrasah. Tentu peran teknologi seperti SMS, BBM atau email akan sangat membantu, namun jika jumlah madrasahnya mencapai 125 lembaga, lumayan juga jempol para Ketua Tim Pelaksana atau Staf Admin kita untuk kirim pesan singkat itu. Dengan adanya mentor, koordinasi akan semakin intensif dan perhatian pada madrasah juga semakin intensif. Demikian juga sebaliknya, pesan dari madrasah akan lebih detail disampaikan ke SNIP melalui mentoring ini. Saya punya sebuah cerita tentang seorang mentor dari program AusAID sebelumnya. Mentor yang saya ceritakan ini bergelar doktor bidang pendidikan. mentor kita ini bekerja bersama tim kecilnya, yang mendampingi sekitar 17 madrasah, yang tersebar di Malang, Batu, Gresik, Sidoarjo, dan Sumenep. Bisa jadi, karena jumlahnya yang sedikit maka penanganannya menjadi intensif. Namun ada hal lain yang bisa kita tiru darinya.

Hal yang pertama mudah dilihat dari mentor kita ini adalah Semangat beliau yang ingin selalu membantu madrasah, selalu ingin memajukan madrasah dan mencari kesempatan terbaik bagi madrasah untuk menjadi yang terbaik bagi murid, warga sekolah dan masyarakat. Semangat ini masih melekat sampai saat ini. Walau keikhlasan adalah urusan hati dan diketahui yang bersangkutan dan Allah, saya melihat dia bekerja dengan tulus. Dalam program pendampingan itu, mentor kita ini seringkali naik angkot ke madrasah sasaran dan jarang mau diantar. Dia tidak mengeluhkan hal itu dan juga tidak membanggakannya. Dia hanya bekerja untuk memajukan madrasah dengan kesempatan yang tidak akan datang dua kali. Ini kesempatan yang dimiliki madrasah, bila disia-siakan, habislah madrasah itu. Pembawaannya yang rendah hati itu diimplementasikannya dalam kegiatan mentoring. Itulah yang membuat para pengelola madrasah sungkan untuk tidak bergerak lebih dari yang ditargetkan. Mereka malu untuk menyiakan kesempatan itu.

Saat mendampingin madrasah, mentor kita ini bekerja dengan mengindarkan ucapan, gerak tubuh dan sikap yang instruktif. Dia tidak akan berbicara ke kepala madrasah, guru, yayasan untuk melakukan ini dan itu. Mentor kita ini tidak mengangkat tangan dan jari telunjuknya untuk meminta madrasah melakukan dan menerapkan hasil pelatihannya. Demikian juga, beliau ini tidak bersikap seperti seorang pengawas kebanyakan yang bekerja dengan cara birokratis dengan daftar instruksinya. Sebaliknya, dia melakukan dua hal untuk memajukan madrasah: pertama, yang beliau lakukan adalah menciptakan kebutuhan-kebutuhan bagi madrasah untuk maju dan berkembang cepat.

Menerapkan materi pelatihan dalam kehidupan sehari-hari madrasah, bukanlah kebutuhan AusAID, bukan untuk kepentingan beliau sendiri, bukan untuk Kemenag dan lainnya. Menerapkan hasil pelatihan itu adalah kebutuhan madrasah untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dimilikinya untuk melesat maju. Menjalankan materi pelatihan itu dalam kehidupan madrasah semuanya akan kembali ke madrasah, ke para pemangku kepentingan, wa bil khusus, para anak didik di madrasah. Yang kedua, yang dilakukan mentor kita ini adalah melayani hampir semua kebutuhan madrasah untuk maju. Melayani, bukan dilayani. Dia akan memberikan pelatihan tambahan di madrasah bila memang pelatihan yang disediakan sebelumnya tidak dipahami madrasah. Beliau memberikan waktunya untuk setia mendampingi madrasah. Bila madrasah memanggil, dia akan datang, melayani dan menyelesaikan masalah implementasi bersama dengan madrasah yang didampingi.

Tentu ada madrasah yang membandel, ada madrasah yang tak sabar dan melanggar aturan yang ditetapkan untuk membelanjakan hibah yang diberikan. Mentor kita ini menghadapi masalah itu juga. Terhadap madrasah yang membandel dan menyiakan kesempatan itu, mentor kita tidak memarahi walau kecewa, tidak membuat madrasah berkecil hati, sebaliknya, beliau meminta untuk segera mengakui dan berbenah. Caranya, tentu beliau menjalani pendekatan secara sistemik dan prosedural sesuai ketentuan. namun beliau tidak berhenti di sana. beliau mendekati para pengelola madrasah secara personal, mengunjungi rumahnya. Bersama timnya, Dia bersilaturrahmi. Bukan ke satu dua madrasah, tapi hampir sebagian besar dikunjungi mentor kita ini. Dia mencari tahu semua sebab musabab madrasah itu bermasalah, sampai ke level personal pengelola madrasah. Bahkan, saat ada keluarga pengelola madrasah yang meninggal, beliau datang untuk Takziah.

Hasilnya, semua komunikasi berjalan terbuka dan saling menghormat, kebutuhan madrasah diutamakan dan dipertamakan untuk diselesaikan, komitmen madrasah tinggi untuk maju. Hal lain yang perlu kita contoh adalah strategi mempercepat penyebaran “virus” untuk memajukan madrasah. Yang beliau lakukan adalah memetakan madrasah mana yang paling maju di sebuah kluster atau gugus. Nah madrasah yang maju ini, didorong sedemikian rupa menjadi mentor sejawat (peer mentor) bagi madrasah yang lain yang kurang maju. Madrasah membantu madrasah. Pada satu sisi, beban mentor akan terkurangi, di sisi lain, konfidensi madrasah yang menjadi mentor semakin baik, sekaligus madrasah yang dimentori itu juga memiliki semangat positif bahwa kalau madrasah itu bisa maju, kenapa madrasah saya tidak!

Memang ada sisi yang perlu dikoreksi. Karena begitu personal namun telaten, begitu tersentuh dengan pendekatan yang dilakukanoleh mentor kita ini, nama lembaga beliau sebagai mitra lokal justru tidak begitu muncul di depan madrasah. Yang dikenal madrasah adalah kebesaran jiwa mentor itu sendiri untuk memberikan yang terbaik untuk madrasah. Menurut saya, hal ini masalah ekses semata. Kita bisa memperbaikinya. Jujur saja saat ini, jika ditanyakan ke madrasah sasaran kita, seberapa kenalkah mereka dengan nama SNIP kita sebelum terlaksananya program Kemitraan Pendidikan ini, madrasah tidak banyak yang kenal, apalagi secara dekat. Toh, kita bisa mendekatkan SNIP ke madrasah sejalan dengan waktu.

Oh ya, hampir lupa. Mentor kita ini sangat menghargai berapapun dan dalam wujud apapun partisipasi masyarakat kepada madrasah. Sebagai contoh, beliau mau datang langsung dan membuatkan acara kecil-kecilan di satu madrasah untuk sekedar menerima bantuan sekitar sepuluh buku bagi madrasah tersebut. Baginya, ini amal jariyah yang harus dikelola secara amanah, sehingga memberikan manfaat yang lebih langgeng. Beliau selalu optimis, mungkin saat ini hanya sepuluh buku, namun bila manfaatnya berdampak maksimal, insyaallah akan ada partisipasi yang lebih besar bagi madrasah di masa mendatang. Ini apresiasi yang besar ini juga beliau dorong sebagai titik tolak madrasah yang didampingi untuuk lebih mandiri. Caranya, relasi dan jaringan kerja dia serahkan ke madrasah. Madrasah secara mandiri dan aktif mencari partisipasi masyarakat yang lebih besar. Hasilnya, banyak madrasah yang terjalin dengan dunia usaha, indrusti dan instansi pemerintah.

———————————–

 

Semoga bermanfaat. Salam sukses!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *