A three-minutes rule

Dalam sebuah pelatihan Leadership and Management untuk madrasah sasaran dalam program AusAID sebelumnya, Alison Atwell memberikan sebuah resep kepada peserta tentang bagaimana caranya mengetahui mutu sebuah madrasah dalam tiga menit pertama saat kita berada di sebuah madrasah. Dia menyebutnya “a three minutes rule”. Saya tidak tahu dari buku mana dia mendapatkan tip itu, atau mungkin dia dari pengalaman saat menulis disertasi doktoralnya tentang kepemimpinan madrasah di Nusa Tenggara Barat (NTB). Saya tidak tahu. Kawan-kawan bisa menanyakannya setelah tanggal 18 Februari 2013 ini langsung kepada yang bersangkutan, karena sejak saat itulah dia akan bergabung dengan Kemitran Pendidikan (C2).

Tip ini sangat berguna saat kita melakukan monitoring visit ke madrasah. Tim C3 dalam dua minggu ini akan melakukan visit ke madrasah, setiap propinsi. Saya pikir, tip ini perlu juga sebagai pelengkap instrument yang ada. Tip itu bisa digunakan sebagai berikut.

Pertama, saat kita akan visit ke madrasah, tenangkan pikiran kita, jernihkan. Buang segala pikiran negatif, singkirkan segala energi negatif. Ini langkah penting pertama, agar kita bisa memudahkan diri kita sendiri dalam mempergunakan cara pandang kita secara lebih luas dan positif. Ini juga yang membantu kita untuk melihat segala sesuatu yang akan kita temukan di madrasah dengan jernih.

Selanjutnya, kita bayangkan diri kita turun dari kendaraan tepat di depan gerbang madrasah. Hal pertama yang perlu kita lihat adalah papan nama madrasah. Papan itu mirip dengan sebuah emblem yang disematkan di dada kita, ada nama kita di sana, sering kali tertera status atau posisi kita. Emblem itu bisa dibuat dari mika plastik, ada juga yang terbuat dari emas sebagaimana yang dimiliki para anggota dewan.

Tidak heran bila kita sering membersihkannya, bila perlu dengan braso. Demikian juga dengan papan nama itu, ia menunjukkan bahwa ia adalah identitas utama yang dicari oleh orang yang lewat di depan madrasah. Papan nama itu adalah jendela orang untuk mengenal madrasah. Bila jendela itu bersinar terang, terawat dan menarik, itu akan memberikan impresi pertama yang menawan hati orang yang melihat. Demikian juga sebaliknya, bila ia sudah kusam, bulukan, dengan cat terkelupas di sana sini, itu berarti sudah lama madrasah ini tidak mengalami perubahan dan tidak menjaga mutunya secara istiqomah.

Masih di sekitar gerbang, kita lihat gerbang dan pagarnya. Kalau gerbang dan pagar ini begitu indah dengan hiasan lukisan atau taman sekolah yang hijau, rapi dan indah, tentu akan memberikan kabar kepada orang yang lewat bahwa anak didik dan para staf madrasah berada dalam lingkungan yang nyaman, aman dan ramah.

Sebaliknya, bila gerbang dan pagar itu sudah tidak dicat, tanaman liar tumbuh di sana sini, maka bisa dipastikan di sana juga ada bagian-bagian yang membahayakan warga madrasah, seperti paku yang menyumbul, kawat berkarat yang berpotensi menyebar titanus, atau ada hewan berbisa yang bersembunyi di sana.

Saat memasuki halaman madrasah, dengan jernih kita perlu melihat apakah banyak rumput liar yang tumbuh dengan bagian becek di sana sini, ataukah ada halaman yang bersih dan rindang dan menjadi bagian dari interaksi warga sekolah, seperti untuk bermain, kegiatan ekstrakurikuler, atau bersosialisasi. Kita juga perlu melihat, apakah halaman sekolah ini sudah multi fungsi sebagai tempat bermain dan kegiatan akademik dan non akademik madrasah, tempat berjualan para pedagang, sekaligus tempat parkir motor.

Bila ada pemilahan yang jelas dan tegas dari semua fungsi itu, dan setiap tempat dijaga dan dirawat sehingga tetap bersih, indah, nyaman dan aman, kita akan memiliki sebuah kesan yang kuat madrasah ini sudah peduli dengan kesehatan, keamanan, kesehatan dan keselamatan warga madrasah.

Lalu kita bisa lihat kondisi kantornya. Apakah ruangan tertata rapi, semua berkas diarsip teratur, dan ada sirkulasi udara yang memadai, dan pencahayaan ruang sudah terang? Bila iya, artinya madrasah berada dalam kondisi fisik yang lumayan sehat. Bila kita tak bisa membedakan mana ruang kantor dan gudang, artinya kita berada di madrasah yang tidak berubah sejak ia lahir.

Ruang kelas yang PAKEM akan menjadi sebuah kondisi yang sangat ideal dalam sebuah madrasah yang efektif. Ruang kelas cerah, pajangan karya siswa terpampang, hiasan dinding dan seterusnya dipadu dengan tata letak kursi dan meja yang membuat aktif siswa adalah indikasi madrasah ini merupakan tempat yang menyenangkan bagi warganya, wa bil khusus siswa dan siswi. Sebaliknya, bila ruang kelas ini membuat kita muram, segera kita tahu bahwa madrasah ini menggunakan metode pembelajaran yang jadul.

Demikian juga dengan perpus, toilet, kantin, laboratorium, dan sebagainya, kita perlu melihat apakah mereka bersih, terawat, berfungsi efektif, dan terlihat menggairahkan untuk dikunjungi. Bila semua itu terlihat positif, ini artinya madrasah sudah cukup bermutu secara fisik.

Lalu kita lihat wajah para siswa. Apakah wajah mereka ceria? Apakah mereka terlihat menikmati waktu mereka di kelas? Apakah mereka tetap bersemangat dan tampak betah untuk tetap tinggal di kelas? Apa yang berbeda saat mereka menjalani jam pelajaran di kelas? Di perpustakaan, di taman dan seterusnya? Bila mereka tetap ceria di sekolah, di setiap saat mereka di madrasah, artinya lingkungan belajar madrasah tersebut sudah sangat kondusif untuk penyelenggaraan pembelajaran.

Kini, kita fokuskan ke hubungan antar warga madrasah, apakah hubungan dan perlakukan guru ke murid sudah saling menghormati, guru dengan guru sudah saling menghormati dan saling mendukung satu sama lain. Demikian juga hubungan dengan orang tua, kepla madrasah, yayasan dan warga madrasah lainnya. Kita bisa memahaminya dari raut wajahnya, dari sorot matanya saat mereka berkomunikasi. Kita akan segera menangkap ‘suasana hati’ antar mereka. Bila semuanya tampak lepas, saling hormat, kita akan merasakan kejujuran atas keceriaan mereka. Kita bisa menambahkan banyak hal yang kawan-kawan bisa untuk memotret relasi antar warga madrasah ini.

Hanya dengan pikiran yang jernih kita bisa melihat dan merasakan iklim yang ada di madrasah. Hanya dengan mata yang ‘bening’ kita bisa melihat yang dhohir menunjukkan yang bathin, penglihatan terhadap hal yang bersifat fisik bisa memproyeksikan iklim mutu madrasah.

————-

Iklim sekolah (school climate), demikian juga iklim madrasah, adalah sebuah bidang kajian studi yang setara dengan pembelajaran, kepemimpinan sekolah, kurikulum, pendanaan pendidikan, dan topik lain yang ada dalam lingkungan lembaga pendidikan. Iklim sekolah ini wujudnya kasat mata, namun sering terlupakan. H.Jerome Freiberg (Ingat, “H” itu bukan gelar haji, lho ya… ) dalam pengantar buku yang disuntingnya yang berjudul “School Climate: Measuring, Improving and Sustaining Healthy Learning Environments” (1999) mengatakan:

“School climate is much like the air we breathe-it tends to go unnoticed until something is seriously wrong.” Iklim sekolah itu seperti udara yang kita hirup, ia berlangsung tanpa kita sadari sampai pada titik kita terhenyak bahwa ada satu hal yang salah di sekolah, dan kesalahan itu sudah menjangkit begitu kronis saat kita menyadarinya. Dalam konteks dunia pendidikan Indonesia, mungkin kita baru terhenyak soal betapa seriusnya soal tawuran pelajar setelah kita dapatkan beberapa siswa tewas, baik saat berseragam atau saat di kelompok-kelompok motor mereka. Atau, dalam konteks akreditasi, betapa seriusnya masalah sarana madrasah, sistim administrasi madrasah dan guru yang mismatch, setelah diketahui ternyata banyak madrasah yang mendapat Nilai TT dari tiga faktor itu.

Dalam buku itu kemudian kita bisa memahami, mempelajari, mengidentifikasi dengan detail apa-apa saja yang mempengaruhi terbentuknya iklim sekolah tertentu. Mungkin kata yang tepat bukan “terbentuk” tapi “dibentuk”, karena iklim sekolah ini adalah ciptqqn manusia, baik sadar atau tanpa disadari. dengan pemahaman ini, kita bisa meyakinkan kita bahwa iklim sekolah bisa diubah. Bagusnya, buku itu juga menawarkan metode bagaimana memperbaiki iklim sekolah yang kronis, bahkan beracun, seperti masalah pengelolaan ruang kelas, perihal guru, orangtua murid, organisasi sekolah hingga masalah kepala sekolah itu sendiri.

———-

Saat C3 melakukan visit, mengetahui iklim madrasah ini juga akan menjadi poin penting untuk memahami mutu madrasah dan efektifitas program kita. Tentu instrumennya berbeda dari yang ditawarkan Freiberg. Semoga visit madrasah ini memberikan aspek positif lain dalam program kita.

 

Semoga bermanfaat. Salam sukses!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *